Kamis, 30 April 2015

Riwayat Hidup Dalai Lama Kesepuluh

DALAI LAMA KESEPULUH

Riwayat hidup Dalai Lama kesepuluh atau Tsultrim Gyatso lahir pada tanggal  29 Maret 1816  dan Beliau wafat  pada tahun 1837 Ia lahir di keluarga sederhana di Chamdo (Tibet sebelah timur).


Sama seperti Dalai Lama sebelumnya Tsultrim Gyatso juga memiiki kepedulian terhadap semua Makhluk dan memiliki banyak pengikut dan dianggap sebagai guru besar penyebar ajaran Tantrayana.

Riwayat Hidup Dalai Lama Kesembilan

DALAI LAMA KESEMBILAN 

Riwayat hidup Dalai Lama kesembilan atau Dalai Lama ke-9 (nama relijius: Lungtok Gyatso, kependekan dari Lobzang Tenpai Wangchuk Lungtok Gyatso; 1 Desember 1805 – 6 Maret 1815), juga dipanggil Lungtog Gyatso dan Luntok Gyatso, adalah Dalai Lama Tibet ke-9. Ia adalah satu-satunya Dalai Lama yang wafat pada masa anak-anaknya.


Beliau belum sempat mengajarkan ajaran Tantrayana karena usia dan meninggal pada saat masih anak-anak.

Rabu, 29 April 2015

Riwayat Hidup Dharmakirti

DHARMAKIRTI

Riwayat hidup Dharmakirti atau Serlingpa Dharmakirti atau yang dikenal juga dengan sebutan Suvarnadvipi Dharmakirti adalah seorang pangeran dari silsilah Sri-Vijayendra-Raja yang masih termasuk dalam silsilah Dinasti Syailendra. Dia juga dikenal sebagai guru besar Buddhis di Sumatera pada abad ke-10. 


Dalam sejarahnya, Serlingpa Dharmakirti pernah menjadi guru dari Atisha, seorang yang nantinya berperan penting dalam membangun gelombang kedua Buddhisme di Tibet. Salah satu hasil karya penting yang dia hasilkan adalah ’Wheel of Sharp Weapons’(Tib. blo-sbyong mtshon-cha 'khor-lo), yang merupakan catatan penting bagi aliran Mahayana.

Riwayat Hidup Atisa Dipamkara

ATISA DIPAMKARA

Riwayat hidup Atisa (982-1054 M) dilahirkan pada keluarga kerajaan di kota Zahor dengan nama Chandragarbha, adalah anak ke dua dari raja yang berkuasa di India bagian timur yang sekarang adalah Bengal. Ayah beliau adalah Raja Kalyanasri dan Ibu beliau adalah Sri Prabhawati. Saudara tua Atisa adalah Padmagarbha dan yang terkecil adalah Srigarbha. Kerajaan tersebut bernama Vikramapura. Pada catatan akhir dari Prajna-paramita-pindartha-pradipa, Tan-gyur edisi Peking, tertulis : Teks ini mengandung dokterin dari Buddha, biksu kelahiran Bengal menulis berdasarkan sastra-sastra dan guru-vacana.


Juga pada Bodhi-marga-pradipa-panjika-nama tertulis :"...Dipankara Sri jnana, a descendant of the Bengalae King... representatif dari Buddha masa kini, Dipankara Sri Jnana yang lahir di Bengal", dan beberapa karya dari beliau mencatat hal yang sama. Pada catatan dari Tibet juga menginformasikan pada kita bahwa tempat kelahiran Atisa adalah Bengal, negeri bagian dari India.

Riwayat Hidup Asanga

ASANGA

Riwayat hidup Asanga hidup dizaman Dinasti Thang, ada seorang master Tripitaka, Yi Chin yang mengenalkan ajaran Buddha Mahayana di India serta pernah menulis buku "the inner Dharma biography mailed from south sea." dalam bkunya disebutkan, adanya 2 bagian dalam Mahayana. yaitu sekolah Madhyamika dan Yoga, sekolah Madhyamika ditemukan oleh Nagarjuna sedangkan Yoga oleh Asanga.

Asanga adalah anak tertua dari tiga bersaudara, semuanya terlahir di Purusapura (peshwar) yang merupakan anggota dari keluarga Kausika di India. Tiga bersaudra tersebut semuanya menjadi Bhiksu. Adik Asanga yang paling bungsu bernama Virinci Vats, dan yang pertama dikenal dengan nama Vashubhandu. Mereka adalah orang-orang yang terkenal dalam catatan sejarah Buddhis di India.


Arya Asanga tidak pernah memaksa orang lain untuk mengikutinya, bahkan kepada adiknya sendiri, Vasubandhu... Saat itu, Arya Asanga sakit keras dan adiknya, Vasubandhu datang menjenguk. Saat itu, Vasubandhu adalah seorang penentang Mahayana. Arya meminta adiknya membacakan sutra2 Mahayana sebagai permintaan terakhir kakaknya yang sakit. Sang adik yang anti-mahayana awalnya menolak keras, tapi akhirnya luluh juga demi welas asih kepada kakaknya tercinta. Waktu demi waktu berlalu, sutra demi sutra dibacakan oleh sang adik kepada sang Arya. Langkah demi langka, akhirnya sang adik memahami apa itu Mahayana yang sebenarnya, begitu jauh dari bayangan sebelumnya dari seorang anti-mahayana.

Riwayat Hidup Nagarjuna

NAGARJUNA

Riwayat hidup Nagarjuna adalah seorang Filsuf Buddhis pencetus aliran Mādhyamaka (Madyamika) yang lahir di bagian Selatan India. Ia hidup di dalam perbedaan pandangan yang beragam terhadap ajaran Budhisme India, ia berusaha untuk menemukan apa yang ia pahami sendiri. Sekitar 500 tahun setelah kematian Buddha, sekolah-sekolah yang beraliran Buddhis berkembang dengan pesat. Mereka berdebat tentang seluruh doktrin dan praktik ajaran Buddha.


Nagarjuna diperkirakan lahir di antara abad pertama dan kedua dan dianggap sebagai pendiri sekolah Mādhyamaka (Madyamika) dari Mahāyāna Buddhisme. Sekolah ini meluas sampai ke Cina dengan nama sekolah Sānlùn. Dalam beberapa tradisi Mahayana, Nagarjuna dianggap sebagai Bapak Mahayana dan Buddha "kedua" karena reputasinya. Karya utamanya adalah Mula-madhyamaka-karika. Istilah yang sering disalahpahami tentang pemahaman Nagarjuna adalah istilah "kekosongan".Istilah ini bukan berarti suatu penyangkalan akan dunia atau substratum nihilum. Melainkan suatu ketidakhadiran dari svabhava atau esensi diri. Ajaran yang paling terkenal dari Nagarjuna adalah Sunya (kosong) dan Sunyata (kekosongan).

Riwayat Hidup Milarepa

MILAREPA

Riwayat hidup Milarepa dilahirkan di sebuah desa bernama Kya Ngatsa  yang juga dikenal dengan nama Tsa-di provinsi Gunthang sebelah barat Tibet. Ia berasal dari keluarga kaya, dengan ama lahir Mila Thöpaga (Thos-pa-dga'), yang berarti "Senang mendengarnya" (A joy to hear). Khyungpo adalah nama klan keluarganya, nama keluarganya adalah Josay. Ketika ayahnya meninggal dunia, paman dan bibi Milarepa mengambil seluruh kekayaan keluarga. Atas permintaan ibunya, Milarepa meninggalkan rumah dan pergi belajar Sihir. Sekembalinya ke kampung halaman, ia membalaskan dendam keluarga dengan mendatangkan badai besar pada saat perayaan pernikahan anak dari paman dan bibinya. Kejadian ini mengambil korban 35 orang, akan tetapi paman dan bibinya selamat. Warga setempat segera berusaha mengejar Milarepa, ibunya berhasil meminta Milarepa (dengan mengundang badai) untuk menghancurkan ladang mereka.


Kebajikan-kebajikan yang Milarepa lakukan, banyak terjadi di daerah Chokyi Dronma. Jalan kehidupan dan lagu-lagunya dikompilasi oleh Tsangnyon Heruka, yang disponsori oleh kakak laki-laki Chokyi Dronma, Thri Namgyal De (raja Gunthang). Pada usia lanjutnya, Milarepa meninggalkan jalan gelapnya: "Saya melakukan banyak kejahatan pada usia muda. Pada kedewasaan saya berlatih kemurnian. Sekarang, terbebas dari baik dan jahat, saya menghancurkan akar dari tindakan karma dan tidak mempunyai kondisi akan tindakan di masa mendatang. Berkata lebih dari ini akan menyebabkan tangisan dan tawa. Apa gunanya menyampaikan kepada anda? Saya sudah tua. Biarkan saya sendiri.

Riwayat Hidup Dalai Lama Kedelapan

DALAI LAMA KEDELAPAN

Riwayat hidup Dalai Lama kedelapan atau Jamphel Gyatso  lahir pada tahun 1758 di Lhari Gang di wilayah U-Shang hulu bagian barat daya Tibet. Ayahnya Sonam Dhargye dan ibunya Phuntsok Wangmo berasal dari Kham. Beliau wafat pada usia 46 tahun pada tahun 1804.


Sama seperti Dalai Lama Ketujuh Tsangyang Gyatso juga memiiki kepedulian terhadap semua Makhluk dan memiliki banyak pengikut dan dianggap sebagai guru besar penyebar ajaran Tantrayana.

Riwayat Hidup Dalai Lama Ketujuh

DALAI LAMA KETUJUH

Riwayat Hidup Dalai Lama Ketujuh atau Kelzang Gyatso lahir pada tahun 1708 dan Beliau wafat pada tahun 1757. Beliau juga disebut Kelzang Gyatso atau Kezang Gyatso.


Sama seperti Dalai Lama Kelima Tsangyang Gyatso juga memiiki kepedulian terhadap semua Makhluk dan memiliki banyak pengikut dan dianggap segai guru besar penyebar ajaran Tantrayana.

Riwayat Hidup Dalai Lama Keenam

DALAI LAMA KEENAM

Riwayat Hidup Dalai Lama Keenam atau Tsangyang Gyatso lahir pada tanggal 1 Maret 1683 dan meninggal pada tanggal 15 November 1706 dan Beliau dinobatkan menjadi Dalai Lama pada usia 14 tahun.


Sama seperti Dalai Lama Kelima Tsangyang Gyatso juga memiiki kepedulian terhadap semua Makhluk dan memiliki banyak pengikut dan dianggap segai guru besar penyebar ajaran Tantrayana. 

RIWAYAT HIDUP DALAI LAMA KELIMA

DALAI LAMA KELIMA

Riwayat hidup Dalai Lama kelima atau Ngawang Lobsang Gyatso yang lahir pada tahun 1617 dan meninggal pada tahun 1682. Dengan dukungan Gushri Khan. Seorang penguasa Mongol dari Khokh Nuur, Dalai lama kelima mempersatukan Tibet.


Sama seperti Dalai Lama Keempat, Ngawang Lobsang Gyatso juga memiiki kepedulian terhadap semua Makhluk dan memiliki banyak pengikut dan dianggap segai guru besar penyebar ajaran Tantrayana.

Riwayat hidup Dalai Lama Keempat

DALAI LAMA KEEMPAT

Riwayat hidup Dalai Lama Keempat atau Yonten Gyatso lahir di Mongolia pada tanggal 30 bulan ke-12 tahun Kerbau dalam kalender Tibet dan pada tahun 1589 pada kalender Masehi. Dalai Lama keempat wafat pada tahun 1617. 




Sama seperti Dalai Lama Ketiga Sonam Gyatso juga memiiki kepedulian terhadap semua Makhluk dan memiliki banyak pengikut dan dianggap segai guru besar penyebar ajaran Tantrayana.

Selasa, 28 April 2015

Riwayat Hidup Dalai Lama Ketiga

DALAI LAMA KETIGA

Sonam Gyatso atau disebut juga Soinam Gyatso adalah orang pertama yang dianugerahi gelar Dalai Lama oleh penguasa Mongol Altan Khan. Walaupun Sonam Gyatso adalah orang pertama yang memegang gelar “Dalai Lama” tetapi belia adalah orang ketiga dalam garisnya maka beliau mamagang gelar Dalai Lama Ketiga. Beliau lahir pada tahun 1543 dan wafat pada tahun 1588.


Sama seperti Dalai Lama Kedua Sonam Gyatso juga memiiki kepedulian terhadap semua Makhluk dan memiliki banyak pengikut dan dianggap segai guru besar penyebar ajaran Tantrayana.

Riwayat Hidup Dalai Lama Kedua

DALAI LAMA KEDUA

Riwayat Hidup Gendun Gyatso Palzangpo yang lahir  di dekat Shigatse di Tanak, wilayah Tsang, Tibet Tengah pada tahun 1475 dan wafat pada tahun 1542 dipercayai sebagai reingkarnasi dari Gendun Drup atau Dalai Lama Pertama dan Beliau dipercaya sebagai Dalai Lama Kedua.


Sama seperti Dalai Lama Pertama Gendun Gyatso juga memiiki kepedulian terhadap semua Makhluk dan memiliki banyak pengikut dan dianggap segai guru besar penyebar ajaran Tantrayana.

Hsuan Tsang Bhiksu Terpelajar

HSUAN TSANG

Hsüan-tsang Bhiksu terpelajar, pelancong, dan penerjemah yang memberikan pengaruh terhadap interaksi antara China dan India di awal Dinasti Tang
Xuanzang lahir dekat Louyang,  henan   tahun 602 sebagai Chén Huī atau Chén Yī  dan meninggal tanggal 5 Februari 664 di Yu Hua Gong. Ia terkenal dengan perjalanan tujuh belas tahunnya ke India, yang mana dia berguru kepada beberapa guru besar, terutama di Nalanda. Ketika kembali ke Tiongkok, dia membawakan 657 teks dalam bahasa Sanskerta. Dengan dukungan kaisar, dia melakukan penerjemahan teks tersebut di Chang'an (sekarang Xi'an), menarik banyak murid dan kolaborator dari seluruh Asia Timur. Ia dikenal jasanya atas penerjemahan 1.330 skripsi ke dalam Bahasa Mandarin.


Tahun 637, Xuanzang meninggalkan Lumbini ke Kusinagara, tempat Sang Buddha meninggal, sebelum menuju ke barat daya Sarnath di mana Sang Buddha pernah memberikan khotbah pertamanya. Berjalan ke timur, pertama via Varanasi, Xuanzang mencapai Vaisali, Pataliputra (Patna) dan Bodh Gaya. Ia kemudian ditemani oleh bhikkhu lokal menuju Nalanda, universitas kuno yang terkenal di India, di mana dia menghabiskan waktu dua tahun di sana. Xuanzang mempelajari bahasa Sanskerta dan Yogacara ketika berada di Nalanda.

Raja Asoka Sadar

ASOKA 

Asoka yang Agung (juga Ashoka, Aśoka, dilafazkan sebagai Asyoka) adalah penguasa Kekaisaran Maurya dari 273 SM sampai 232 SM. Seorang penganut agama Buddha, Asoka menguasai sebagian besar anak benua India, dari apa yang sekarang disebutAfganistan sampai Bangladesh.
Nama "Asoka" berarti 'tanpa duka' dalam bahasa Sanskerta (a – tanpa, soka – duka). Asoka adalah pemimpin pertama Bharata (India) Kuno, setelah para pemimpin Mahabharata yang termasyhur, yang menyatukan wilayah yang sangat luas ini di bawah kekaisarannya, yang bahkan melampaui batas-batas wilayah kedaulatan negara India dewasa ini.


Menurut cerita legenda, satu hari setelah peperangan usai, Asoka menjelajah kota dan yang bisa dilihat hanyalah rumah-rumah yang terbakar dan mayat-mayat yang bergelimpangan di mana-mana. Hal ini membuatnya muak dan ia berteriak dengan kata-kata yang menjadi termasyhur: "Apakah yang telah kuperbuat?" Kekejian penaklukan ini akhirnya membuatnya memeluk agama Buddha dan ia memakai jabatannya untuk mempromosikan falsafah yang masih relatif baru ini sampai dikenal di mana-mana, sejauh Roma dan Mesir. Sejak saat itu Asoka, yang sebelumnya dikenal sebagai “Asoka yang kejam” (Canda Asoka) mulai dikenal sebagai sang “Asoka yang Saleh” (Dharmâsoka).

Bodhidharma Sang Pencipta Shaolin

BODHIDHARMA

Bodhidharma Sang Pencipta Shaolin dan pengikutnya mengikuti praktik unik di antara umat Buddha yang lain, mereka saling menyapa dengan hanya menggunakan tangan kanan mereka. Ucapan ini adalah tradisi mengenang kejadian Da Mo dan muridnya, Hui Ke. Pada 495 Masehi, biksu India Ba Tuo, atau Buddhabhadra, datang ke Cina mengajarkan agama Buddha yang dikenal sebagai Buddhisme Xiao Cheng (Hinayana). Dia diberi tanah di kaki gunung Shaoshi oleh Kaisar Shao Wen dan mendirikan Kuil Shaolin di tanah ini. 

Sekitar waktu Ba Tuo mendirikan Kuil Shaolin ada seorang pangeran India bernama Bodhidharma. Bodhidharma sangat cerdas dan merupakan anak kesayangan raja wilayah yang sekarang merupakan bagian dari India selatan. Bodhidharma memiliki dua kakak laki-laki yang takut bahwa ayah mereka, raja akan meneruskan dan mewariskan kerajaan untuk Bodhidharma. Dalam kecemburuan mereka, dua kakak laki-laki sering meremehkan Bodhidharma ketika berbicara dengan ayah mereka, dengan harapan untuk mengubah pemikiran ayahnya untuk melawan saudara muda mereka. Saudara-saudara yang lebih tua juga berusaha untuk membunuh Bodhidharma tapi Bodhidharma memiliki karma yang sangat baik dan begitu upaya tersebut tidak berhasil. Meskipun menjadi anak kesayangan raja, Bodhidharma menyadari bahwa ia tidak tertarik pada kehidupan politik. Bahkan dia memilih untuk belajar dengan guru Buddhis Prajnatara terkenal dan menjadi biarawan Buddha.


Pada 527 Masehi, 32 tahun setelah Ba Tuo mendirikan kuil Shaolin, Bodhidharma menyeberang melalui provinsi Guangdong ke Cina. Di Cina, ia dikenal sebagai Da Mo. Da Mo tiba di Cina yang kebanyakan berlatih Buddhisme Da Cheng (Mahayana). Ketika Da Mo tiba, dia disambut oleh kerumunan besar orang yang untuk mendengarkan dari master Buddhis yang terkenal dan berharap untuk mendengar dia berbicara. Daripada berbicara, Da Mo hanya duduk dan mulai bermeditasi. Ia bermeditasi selama berjam-jam. Setelah menyelesaikan meditasinya, Da Mo bangkit dan berjalan pergi, dan tidak mengatakan apa-apa.

Kumarajiva yang cerdas dan bijaksana

KUMARAJIVA

Kumarajiva yang cerdas dan bijaksana  berasal dari keluarga aristokrat. Ayah beliau, Kumarayana, adalah putra seorang perdana menteri sebuah kerajaan di India. Kumarayana yang seharusnya mewarisi jabatan perdana menteri menurut adat waktu itu, justru memilih kehidupan monastik untuk menjadi bhiksu. Demi tugas menyebarkan Buddha Dharma, Kumarayana meninggalkan India menuju Kerajaan Kucha (sekarang wilayah Xinjiang, Tiongkok). Saat mengandung Kumarajiva, sang ibu mengalami hal yang ajaib. Berubah menjadi lebih cerdas, dengan cepat memahami Buddha Dharma, mampu berbahasa Sansekerta, pun tangkas berdebat dalam Buddha Dharma.



Setelah menetap di ibukota Chang’an, Raja Yaoxing memperlakukan Kumarajiva dengan penuh hormat dan mengangkatnya sebagai Guru Kerajaan (Guoshi). Kumarajiva segera mengorganisir kegiatan penerjemahan Kitab Suci Buddhis yang melibatkan 800 personil. Antara tahun 401-413, Beliau berhasil menyelesaikan terjemahan kitab sebanyak 74 judul dengan total 384 jilid. Setelah meninggal dan dikremasi maka lidah beliau tidak hancur dan umat Buddha mempercayai bahwa itu sebagai pertanda bahwa selama hidup Kumarajiva mengajarkan kebenaran.

Padmasambhava Sang Penerang

BUDDHA PADMASAMBHAVA

Kata padma berasal dari bahasa Sansekerta. Kata ini diadaptasi ke dalam bahasa Tibet, dan mempunyai arti bunga teratai. Sambhava artinya “lahir dari”. Nama Padmasambhava yang umum dikenal di Tibet adalah Pema Jungney, terjemahan dari bahasa Sansekerta, Padmakara, yang artinya, “berasal dari sekuntum teratai”


Pada saat Padmakara lahir dari sekuntum teratai, dan juga, pada saat dibawa pulang oleh raja Indrabhuti, di manapun beliau duduk, sekuntum bunga teratai seketika itu tumbuh mekar. Sehingga raja berseru, “ Anak ini sungguh-sungguh lahir dari teratai!” Karenanya beliau dikenal sebagai Padmakara.

Samatabhadra Sumber Kebajikan

SAMANTABHADRA BODHISATVA

Samantabhadra Sumber kebajikan yang luar biasa beliau adalah seorang Bodhisatva dalam mazhab Buddhisme Mahayana yang berhubungan dengan pelaksanaan dan meditasi umat Buddha. Bersama-sama dengan Buddha Sakyamuni dan rekan Bodhisattva Manjustri, ia membentuk Trinitas Shakyamuni dalam Buddhisme. Ia merupakan pemimpi dari Sutra Teratai dan, menurut Sutra Avatamsaka, membuat sepuluh sumpah agung yang merupakan dasar landasan seorang bodhisattva. Di Cina, ia diasosiasikan dengan tindakan, yang mana bodhisattva Manjusri diasosiasikan dengan Kebijaksanaan. Di Jepang, bodhisattva ini sering dipuja oleh sekte Tendai dan Shingon, dan sebagai penjaga Sutra Teratai oleh sekte Nichiren.


Samantabhadra adalah figur utama dalam Sutra Bunga Garland, terutama pada bagian terakhir, Sutra Gandhavyuha. Di penghujung Sutra Gandhavyuha, seorang murid, Sudhana bertemu dengan Bodhisattva Samantabhadra, yang mengajarkannya bahwa kebijaksanaan hanya ada untuk dilakukan; bahwa hal tersebut hanya baik apabila menguntungkan semua mahluk hidup.

Tetesan Air Mata Avalokitesvara adalah Dewi Tara

DEWI TARA


Tetesan air mata Avalokitesvara ada Dewi Tara itu semua dijalaskan ketika Buddha Vairochana bertanya pada sang putri Supuspha apa yang menjadi tujuannya, apakah kehendak yang ada dalam hatinya, lalu ia menjawab; “Kami akan berdiam di dunia ini hingga semua makhluk tanpa terkecuali dibebaskan.” Yang demikian sangat mengejutkan serta menggembirakan Sang Buddha, di mana belum pernah ada orang sebelumnya yang sedemikian mulia, tanpa mementingkan dirinya dan berkehendak yang penuh keberanian. Sebagai tanggapan atas pengorbanan dirinya, kebajikan dan kehendaknya, dan tergerak oleh belas kasihnya kepada semua makhluk, Sang Buddha Vairochana secara spontan melafalkan pujian kepada 21 Tara, pujian terhadap keagungan Dewi Tara.


Sebagai akibat dari pujian yang diucapkan oleh Sang Buddha Vairochana, kemudian diketahui bahwa Putri Supuspha tersebut merupakan penjelmaan dari Dewi Tara, yang pada mulanya berasal dari air mata yang diteteskan oleh Bodhisattva Avalokiteshvara. Avalokiteshvara memiliki belas kasih yang tiada terukur pada semua makhluk. Meskipun beliau telah berusaha untuk menolong semua makhluk, beliau merasa sangat sedih karena begitu banyaknya makhluk hidup yang terus jatuh tanpa harapan ke dalam alam kehidupan yang rendah seperti neraka. Ia melihat bahwa hanya sedikit makhluk hidup yang menempuh jalan menuju pencerahan.

Ksitigarbha Sang Bendahara Bumi

KSITIGARBHA BODHISATVA


Ksitigarbha Sang Bendahara Bumi, adalah Bodhisatva yang jelaskan oleh Hyang Buddha memilih tinggal di Neraka dan menyelamatkan makhluk-makhluk yang bisa dibangkitkan pikiran baiknya sehingga bisa terlahir kembali di alam yang berbahagia. 


Ksitigarbha (Sanskerta:  Kṣitigarbha) dikenal dalam Buddhisme di Asia Timur sebagai seorang Bodhisattva Mahasattva, biasanya dimanifestasikan dalam bentuk rupa seorang Bhikkhu. Namanya dapat diartikan sebagai Bendahara Bumi, Simpanan Bumi, atau Rahim Bumi. Ksitigarbha terkenal oleh komitmen tekadnya untuk mengambil tanggung jawab atas seluruh mahluk di enam alam, pada masa antara berakhirnya Buddha Gautama (Shakyamuni) dan kebangkitan Buddha Maitreya, juga oleh komitmen tekad mulianya untuk tidak mencapai pencerahan sebelum penghuni alam neraka menjadi kosong. Oleh karena itu ia seringkali dikenal sebagai Bodhisattva yang senantiasa menolong semua jiwa manusia yang terjatuh dalam alam neraka. Dalam wihara Mahayani biasanya ia memanifestasikan dirinya sebagai seorang bhikkhu dengan lingkaran cahaya mengelilingi kepalanya, ia membawa tongkat pembuka pintu alam neraka dan sebuah mutiara/permata pengabul permohonan untuk menerangi jalan kegelapan alam neraka.

Mantra kecerdasa Manjusri

MANJUSHRI BODHISATVA

Mantra kecerdasan Manjushri, dalam tradisi Tantrayana apabila seseorang menginginkan kecerdasan atau kepintaran maka harus memuja Bodhisatva Manjushri dengan mengucapkan mantra "OM A RH PA CA NA DHIH" berulang-ulang. Dengan mengulang terus menerus mantra ini dipercaya bahwa seseorang akan cerdas. 


Manjushri adalah Bodhisatva kebijaksanaan yang sesungguhnya telah mencapai kebuddhaan. Ada dua perwujudan dari Bodhisatva Manjusri, yaitu perwujudan pertama menggambarkan tangan kanannya memegang pedang (lambang kebijaksanaan yang mendalam) sedangkan tangan kirinya memegang setangkai bunga teratai biru yang diatasnya terdapat naskah suci (Lambang pengetahuannya tentang jalan yang tak terbatas). Perwujudan kedua menggambarkan Bodhisatva Manjushri dengan tangan kirinya memegang setangkai bunga teratai biru dengan naskah suci diatasnya, seperti perwujudan diatas dan tangan kanannya dalam sikap Varada Mudra (telapak tangan menghadap keatas, diletakkan pada lutut kanan).


Bumi dan Buddha



BUMI DAN BUDDHA

Bumi dan Buddha, dalam ajaran agama Buddha dijelaskan bahwa terdapat tiga jenis bumi yaitu:
a. Bumi yang terbentuk hingga hancur Samyaksambuddha tidak pernah ada
b. Bumi yang terbentuk hingga hancur hanya ada satu Samyaksambuddha
c. Bumi yang terbentuk hingga hancur muncul lebih dari satu Samyaksambuddha.

Bumi kita ini adalah bumi yang ketiga yaitu bumi yang dihadiri atau memunculkan lebih dari satu Samyaksambuddha yaitu:
a. Kakusandha Samyaksambuddha
b. Konagamana Samyaksambuddha
c. Kasyapa Samyaksambuddha
d. Gautama Samyaksambuddha
e. Maitreya Samyaksambuddha

Untuk Maitreya Samyaksambuddha akan mencapai Pencerahan ketika manusia memiliki rata-rata usia 80.000 tahun dan sekarang beliau berdiam di Surga Tusita.

Senin, 27 April 2015

Bhaisajyaguru Buddha dan mujijad pengobatan-Nya





BHAISAJYAGURU BUDDHA

Didalam Sutra Guru Penyembuhan, Hyang Buddha Sakyamuni juga mengungkapkan kepada Bodhisattva Manjusri suatu Dharani Agung yang harus diucapkan seseorang guna menolong makhluk hidup dari penyakit dan kesusahan.

Sewaktu mengucapkan Dharani atau nama Hyang Buddha seseorang harus membayangkan rupang Buddha tersebut, maka dia akan memasuki suatu keadaan “samadhi pengucapan Buddha” (Buddha reci-tation Samadhi; salah satu dari delapan puluh empat ribu Pintu Dharma menuju pencerahan). Yang mana seseorang mengucap tetapi tidak mengucap, dan tidak mengucap tetapi mengucap. Satu hal penting yang perlu diperhatikan agar bisa mendapatkan manfaat dan, hasil sebesar-besarnya dari pengucapan Dharani, nama Buddha maupun Sutra itu adalah sangat diperlukan keyakinan dan ketekunan yang tidak surut.

Buddha Penyembuhan ( Bhaisajyaguru Vaidurya Prabhasa Tathagata ) adalah salah satu dari ketiga Buddha utama dalam objek pemujaan Mahayana dan merupakan seorang Buddha dari masa lalu.  Lebih dikenal sebagai Buddha Pengobatan atau Guru Penyembuhan, Beliau sangat dekat di hati pemuja-Nya karena banyak di antara mereka yang benar-benar telah menerima berkah-Nya dalam bentuk penyembuhan ajaib dari berbagai penyakit.

Selain menyembuhkan penyakit, melindungi dari bencana seperti kelaparan, kekeringan dan wabah, memberikan panjang umur dan membantu yang meninggal, Sang Buddha dikenal telah memberikan berbagai manfaat  duniawi kepada mereka yang bersujud kepada-Nya.   Di dalam vihara Buddha-ruphang-Nya biasanya  diketemukan sebagai tiga serangkai dengan Buddha Sakyamuni dan Buddha Amitabha ( Sakyamuni di tengah, Bhaisajya di sebelah kanan-Nya, dan Amitabha di sebelah kiri-Nya).  Bila digambarkan sendiri, Beliau memegang simbol-Nya ( mangkok berisi obat ) dengan tangan kiri-Nya dan biasanya diikuti kedua siswa-Nya, yaitu Bodhisattva Cahaya Surya (Bodhisatva Surya) dan Bodhisattva Cahaya Rembulan (Bodhisatva Chandra) .

Pada aliran Mahayana selalu mengaggungkan tiga Samyaksambuddha yaitu Bhaisajyaguru Buddha, Sakyamuni Buddha dan Amitabha Buddha. Filosofi yang bisa kita renungkan adalah hidup ini akan penuh kebahagiaan apabila:
a. Hidup Bertemu dengan ajaran benar (Dharma)
b. Hidup terbebas dari berbagai dan banyak rejeki
c. Dan setelah  meninggal lahir di alam yang berbahagia
Tiga Filosofi inilah yang membuat umat Buddha Mahayana memuja tiga Samyaksambuddha di atas.

Sadhu

sejarah singkat Buddha Amithabha


AMITABHA BUDDHA

Pada saat itu Hyang Bhagava bersabda kepada Arahat Sariputra, dari sini melewati sepuluh trilyun (koti) negeri Buddha, menuju Barat terdapat sebuah alam yang disebut Tanah Suci Sukhavati. Di alam tersebut ada seorang Buddha, bergelar Amitabha, kini sedang membabarkan Dharma.


Sariputra, bila ada pria budiman (yang berjiwa besar) atau wanita berbudi luhur, setelah mendengar ucapan nama Amitabha Buddha (Oh Mee Toh Fo), menyatukan jiwa dalam Nama-Nya secara terus menerus, selama satu hari, dua hari, tiga hari, empat hari, lima hari, enam hari, tujuh hari, jiwanya menyatu dan tidak ragu, maka saat menjelang ajalnya Amitabha Buddha (Oh Mee Toh Fo) dan para orang suci akan muncul di hadapannya. Di saat meninggal dunia, jiwanya tidak kacau (pikiran tidak terbalik), sehingga segera dapat terlahir di Tanah Suci Sukhavati Amitabha Buddha (Oh Mee Toh Fo).

Paragraf di atas merupakan penggalan Amitabha Sutra yang dijadikan dasar mengapa umat Buddha Mahayana memuja Amitabha Buddha. Amithabha Buddha sangat dipuji dan diagungkan oleh umat Buddha Mahayana karena sangat mudah diucapkan dan dilafalkan. Amitabha Buddha digambarkan sebagai Buddha yang memiliki dua pendaping atau pengawal yaitu Mahastamaprapta Bodhisatva dan Avalokitesvara Bodhisatva yang dipercayai tinggal di Tanah Suci Sukhavati atau biasa disebut dengan Surga Barat. 

Dalam ajaran Mahayana umat Buddha akan dapat merealisasi kebahagiaan tertinggi apabila dapat melaksanakan empat hal yaitu:
a. Bertemu dengan Dharma
b. Memiliki keyakinan pada Dharma
c. Melaksanakan ajaran (Dharma)
d. Melaksanakan Dharma secara terus menerus. 
demikian pula bila manusia dengan penuh keyakinan melafal dan dengan penuh keyakinan melafal Amitabha Buddha maka akan membawa pada kebahagiaan. 

Sadhu

Pandangan Mahayana Tentang Buddha Sakyamuni


BUDDHA SAKYAMUNI

Pada zaman Samyaksambuddha Dipankara ada seorang Bramana muda yang memiliki bakat dan pandai dalam Veda dan maju dalam pengetahuan serta memiliki tingkat spiritual yang tinggi. Brahmana tersebut benama Megha, setelah bertemu dengan Dewi Sumitta (Bimba Devi) Brahmana Megha  bertemu dengan Samyaksambuddha Dipankara yang kemudian diramalkan akan menjadi Samyaksambuddha dengan nama Gautama atau yang dikenal dengan nama Buddha Sakyamuni. 

Setelah mengalami kelahiran berulang-ulang (+ 500 kali kelahiran) menjadi Bodhisatva beliau lahir menjadi Pangeran Sidharta di Kerajaan Kapilavastu yang dipimpin oleh Raja Sudhodana dan Ratu Mahamaya. Pangeran Sidharta tumbuh sebagai anak yang baik, cerdas dan tangkas dalam berbagai keterampilan. Pada usia 16 tahun Pangeran Sidharta menikah dengan Dewi Yasodara dan memiliki seorang anak bernama Rahula. Perlu diketahui bahwa Dewi Yasodara adalah kelahiran kembali Dewi Sumitta yang bertemu Brahamana Megha pada masa Buddha Dipankara, selama menjadi Bodhisatva pendaping Buddha Sakyamuni adalah Dewi Sumitta. 

Pada usia 29 tahun Pangeran Sidharta melihat empat peristiwa yaitu orang tua, orang sakit, orang mati dan petapa suci. setelah melihat peristiwa ini Pangeran Sidharta meninggalkan istana dan menjadi petapa untuk mencari obat atau cara agar manusia terbebas dari usia tua, penyakit dan kematian. Petapa Sidharta kemudia belajar dengan para petapa senior dan tidak puas dengan ajaran yang diterimanya. Kemudian Petapa Gautama memutuskan untuk mencari cara sendiri untuk mencapai tujuannya dengan cara menyiksa diri selama enam tahun. setelah melaksanakan petapaan keras selama enam tahun petapa Gautama tidak berhasil mencapai apa yang menjadi tujuannya. setelah merenung maka Petapa Gautama merenungi bahwa untuk mencapai tujuaannya maka tidak boleh terlalu menyiksa diri dan memanjakan diri yaitu dengan hidup seimbang tetap makan dan selalu mengendalikan panca indera. Setelah melaksanakan latihan ini selama 49 hari Petapa Gautama mencapai penerangan sempurna atau Nirvana. 

Setelah mencapai penerangan sempurna Sang Buddha mengajarkan ajarannya atau yang disebut dengan Dharma selama 45 tahun beliua meninggal pada usia 80 tahun. Setelah Sang Buddha Parinibbana (wafat) para pengikutnya kemudian ingin selalu melihat Beliau agar senantiasa mengingat ajaran yang Beliau sampaikan. Kemudia umat Buddha membuat patung Buddha sebagai simbol atau objek dalam melaksanakan meditasi. Dalam perkembangannya pembuatan patung Buddha dipengaruhi oleh budaya dah kebiasaan masarakat yang ingin membuat patung Buddha, sebagai contoh misalnya patung Buddha dari Thailand dibuat ramping dan memiliki mahkota, lain dengan dari Cina yang buat agak gemuk. 

Pada aliran Mahayana patung Buddha Gautama (Sakyamuni) selalu didampingi oleh dua arahat yaitu Arahat Anandan dan Arahat Maha Kasyapa, sedangkan pada aliran Hinayana (Theravada) Buddha Gautama didampinggi oleh Arahat Sariputra dan Arahat Maudgalyayana. Perbedaan ini merupakan bukti bahwa terdapat berbedaan kesepakatan dalam menentukan pendaping Buddha Gautama pada Altar Vihara masing-masing aliran. 

Buddha Gautama memiliki banyak panggilan atau gelar antara lain Gautama, Sakyamuni, Tathagata, Bhagava, Arahat Samyaksambuddha, Satva Deva Manussanam, Buddho dan masih banyak yang lainnya.