Kamis, 07 Mei 2015

Kalika, Arhat Penunggang Gajah

ARHAT KALIKA

Arhat Kalika dikenal juga sebagai Kala. Ia mempunyai kekuasaan di wilayah Sri Lanka. Dalam legenda ia adalah Raja Kala yang mencapai tingkatan Arahat setelah melalui pengorbanan. Ia mempunyai bawahan yang terdiri dari 1.000 Arahat.



Menunggang gajah dengan aura bermartabat, menyanyikan sutra-sutra dengan keras. Dengan hati untuk kemanusiaan, Mata menyusuri empat penjuru alam semesta.

Nakula, Arhat Pemeditasi

ARHAT NAKULA

Arhat Nakula disebut juga sebagai Puchulo. Ia menguasai wilayah India, mempunyai bawahan sebanyak 800 Arhad yang menjadi pembantu-pembantunya. Ia berhasil melepaskan diri dari kehidupan sesat dan memeluk ajaran Buddha pada usia 120 tahun. 





Seringkali ditampilkan dengan posisi bermeditasi, dan dalam rongga itu dada itu terlihat wajah sang Sakyamuni Buddha, sebab itu ia secara umum disebut Kai-xin Zun-zhe (Khay-sim Cun-cia - Hokkian ) yang berarti "orang suci yang membuka hati".

Rabu, 06 Mei 2015

Vanavasa, Arahat di bawah pohon pisang

ARHAT VANAVASA

Arhat Vanavasa adalah penguasa pegunungan Gan Zhou, Dia membawahi 1.400 Luo Han sebagai pembantu pembantunya. Ia sering dilukiskan sebagai seorang pertapa yang sedang bersemedi dengan mata tertutup.



Ia juga di sebut sebagai Long-po Zunzhe atau (Lang-poat Cun Cia - Hokkian) atau orang suci yang memainkan kecer, sebab beliau sering ditampilkan dengan membawa kecer.

Bhadra, Arahat Pengelana

ARHAT BHADRA

Arhat Bhadra digambarkan sebagai orang perkasa yang menaklukkan seekor harimau, sebagai lambang kesakti dan kekuatannya dalam menaklukkan kejahatan secara umum, ia disebut Fu hu Zun-zhe (Hok Houw Cun Cia Hokkian) atau Luo Han yang menaklukkan harimau.


Arhat Bhadra digambarkan selalu membawa tongkat dalam melaksanakan pengelanaannya untuk membabarkan Dhamma.

Panthaka, Arhat Pengangkat Tangan

ARHAT PANTHAKA

Arhat Panthaka namanya ini berarti "melanjutkan jalan dan penyebaran agama Buddha". Pos-nya berada di sorga Troyastrimsat, dengan dibantu oleh 1.300 Arhat bawahan. Menurut legenda ia dilahirkan pada saat ibunya sedang dalam peijalanan. 



Ia bertemu dengan Buddha mengikuti pelajarannya, sampai akhirnya mencapai nirwana. Ia mempunyai kesaktian antara lain dapat menembus benda - benda padat dan pergi tanpa meninggalkan bekas. Secara umum disebut Bai-na Zun-zhe (Pek Lap Cun Cia- Hokkian). Mudah dan nyaman, menguap dan meregangkan otot. Dalam kondisi mahatahu, puas dengan nasibnya sendiri.
                                                                                                   

Subinda, Arhat Pembawa Pagoda

ARHAT SUBINDA

Arhat Subinda  biasanya ditampilkan sebagai seorang suci yang terpelajar, dengan mangkok untuk sedekah dan sebuah kitab suci ditangan kirinya. Jari-jari tangan kanannya membentuk "mudra" yang menyatakan bahwa ia akan masuk ke nirvana dalam waktu singkat. 



Wilayah kekuasaannya berada di negeri Kuru, dengan dibantu 800 Arhad. Secara umum ia disebut sebagai Dao-wu Zun-zhe (To Ngo Cun Cia - Hokkian) yang berarti "orang suci yang menyadari Tao".

Arhat Pindola Bharadvaja Si Penunggang Rusa

ARHAT PINDOLA BHARADVAJA

Arhat Pindola Bharadvaja mempunyai wilayah kekuasaan di wilayah sebelah barat Surga Barat. menurut legenda, pada waktu usia muda, ia adalah seorang yang kejam dan sangat tidak patuh pada orang tuanya. Ia kemudian dilemparkan ke neraka dan harus memakan karang dan batu-bata sebagai santapan sehari-hari. Karena penderitaan ini badan menjadi kurus kering. Tapi kemudian ia menyesali dosa-dosanya dan menjadi penganut ajaran Buddha. 



Ia menjadi salah satu murid Buddha yang terkemuka dan punya Luo Han bawahan sebanyak 1.000 orang. Ia mempunyai kesaktian antara lain dapat terbang diudara dan terapung di atas air. Seringkali ia ditampilkan dengan membawa buku yang sedang terbuka di atas pahanya dan sebatang tongkat pengemisnya tersandar disampingnya deliau juga dijuluku sebagai Arhat penunggang rusa.

Arhat Rahula Sang Pemikir

ARHAT RAHULA

Arhat Rahula Sang Pemikir, Ia adalah seorang murid Buddha yang sangat rajin dan sangai. taat akan hukum-hukum Buddhisme, setelah menyadari bahwa dia hidupnya penuh kesesatan. Orang-orang percaya bahwa dia akhirnya akan kembali ke dunia sebagai putra Buddha. Sekarang ini ia bertanggungjawab atas suatu daerah yang penuh keharuman tanaman-tanaman obat, dengan dibantu oleh 1.000 Arhad pembantu. 



Ia biasanya ditampilkan dengan wajah luar biasa, kepala berbentuk kubah dan halis yang tebal. Secara umura ia disebut sebagai Xi-she Zun-zhe (Hi Say Cun Cia-Hokkian), sebab ia sering digambarkan dengan mempermainkan seekor singa kecil dilengannya.

Delapan Belas Arhat (Shi Pa Lao Han)

DELAPAN BELAS ARHAT

Menurut legenda, Dikatakan bahwa Buddha memerintahkan 16 orang Arhat untuk menunda parinibbana-nya untuk terus membabarkan dharma dan menolong umat manusia. TEtapi dalam perkembangannya, terutama dalam kebudayaan tertentu (apalagi dengan adanya personifikasi dalam bentuk patung) kemudian muncul lagi 2 orang Arhat sehingga total menjadi 18 Arhat atau dalam tradisi Tiongkok disebut dengan Se Pa Lo Han (18 Arhat). Menurut Nandimitrāvadāna ditulis oleh Arhat Nandimitra, Taisho Tripitaka 2030 yang diterjemahkan oleh Bhiksu Tang Tsang terdapat daftar dari 16 Arhat:
1. Arhat Pindolabharadvaja
2. Arhat Kanakavatsa
3. Arhat Kanakabharadvaja
4. Arhat Subinda
5. Arhat Nakula
6. Arhat Bhadra
7. Arhat Kalika
8. Arhat Vajraputra
9. Arhat Jivaka
10. Arhat Panthaka
11. Arhat Rahula
12. Arhat Nagasena
13. Arhat Angaja
14. Arhat Vanavasin
15. Arhat Ajita
16. Arhat Chudapanthaka
Angaja atau Angida terkadang digantikan oleh Bodhidharma (Damo Zushi).
16 Arhat pertama kali disebutkan dalam Mahayana Vataraka Shastra yang ditulis oleh Sthiramati dan diterjemahkan oleh Bhiksu Daotai ke dalam bahasa Tionghoa pada abad ke-5 M. Dalam Taiwan Wenxian (dokumen dari Taiwan) disebutkan bahwa di anatara 18 Arahat, yang tercatat dalam sutra-sutra hanayalah 16 Arhat, dua lainnya ditambahkan oleh umat Buddhis di Tiongkok. 18 Arhat dalam lukisan Guan Xiu pada tahun 891 M:
1. Rahula, Arhat Pemikir
2. Pindola Bharadvaja, Arhat Penunggang Rusa     
03. Subinda, Arhat Pembawa Pagoda
04. Panthaka, Arhat Pengangkat Tangan
05. Bhadra, Arhat Pengelana
06. Vanavasa, Arhat di bawah pohon pisang
07. Nakula, Arhat Pemeditasi
08. Kalika, Arhat Penunggang Gajah
09. Chudapanthaka, Arhat Penjaga Pintu     
10. Nandimitra, Arhat Penjinak Naga
11. Kanaka Bharadvaja, Arhat Pembawa Mangkok     
12. Angida, Arhat Karung Besar
13. Asita/Ajita, Arhat dengan Alis Panjang
14. Gobaka, Arhat pembuka Hati
15. Kanakavatsa, Arhat Bahagia
16. Nagasena, Arhat Pembersih Telinga
17. Vajraputra, Arhat Singa Tertawa     
18. Pindola, Arhat Penjinak Macan.

Selasa, 05 Mei 2015

Riwayat Hidup Arhat Ananda

ANANDA

Riwayat hidup Ananda (Pali: Ānanda) adalah satu dari murid utama dan juga merupakan pengikut setia Sang Buddha. Di antara banyak murid, Ananda memiliki daya ingat yang kuat dan banyak dari sutta-sutta dalam Sutra Pitaka berasar dari kumpulan ajaran Sang Buddha yang diingatnya pada Sidang Agung Konsili Pertama. Oleh karena itu, ia juga dikenal sebagai "Bendahara Dharma".

Menurut Sang Buddha, setiap Buddha pada masa lampau dan pada masa yang akan datang, memiliki dua pemimpin pengikut dan satu pengikut setia. Perihal Gautama Buddha, pasangan murid utama-nya adalah Sariputta dan Mahamoggallana dan pengikutnya adalah Ananda.

Kata Ānanda, dalam bahasa Pali, bahasa Sanskerta juga dalam bahasa India lainnya, berarti "kebahagiaan". Kata ini sangat populer di kalangan Buddhis maupun Hindu.

Ananda adalah sepupu tertua Sang Buddha dari pihak ayah, dan sangat berbakti kepadanya. Dalam dua puluh tahun kebersamaannya dengan Sang Buddha dalam membabarkan Dhamma, ia telah menjadi pendamping pribadi Sang Buddha, mendampingi dalam hampir seluruh perjalandan dan menjadi teman bicara dalam banya perbincangan yang terjadi. Ia menjadi bahan pujian yang disampaikan Sang Buddha sebelum mencapai Parinibbana. Ia digambarkan seseorang yang memiliki empat sifat yang luar biasa.

Karena ia sering mendampingi Sang Buddha secara pribadi dan seringpula berkelana bersama, Ananda mendengar dan mengingat banyak ceramah yang diberikan Sang Buddha kepada berbagai pendengar. Oleh karena itu, ia seringkali disebut sebagai murid Buddha yang "banyak mendengar". Pada Sidang Agung Pertama, yang diadakan tidak lama setelah Sang Buddha meninggal dunia, Ananda dipanggil untuk menceritakan kembali banyak ceramah-ceramah yang kemudian menjadi Sutra Pitaka dari Tripitaka.


Walaupun Ananda senantiasa berkumpul dan dekat dengan Sang Buddha, ia hanyalah seorang Sotapanna ("Pemasuk Arus") pada saat Sang Buddha meninggal dunia. Akan tetapi, Sang Buddha berkata,

“Bukan begitu, Udayi, bukan begitu, Udayi! Andaikata Ananda meninggal dunia tanpa mencapai kebebasan sepenuhnya, maka ia akan menjadi raja para dewa tujuh kali karena kemurnian hatinya, atau menjadi raja di belahan bumi India tujuh kali. Namun Udayi, Ananda akan mencapai kebebasan akhir dalam hidup sekarang ini juga.”

Sebelum pelaksanaan Sidang Agung Pertama, disarankan bahwa Ananda tidak dipersilahkan untuk menghadiri persamuan karena ia belum menjadi seorang Arhat. Menurut legenda, hal ini mendorong Ananda untuk lebih memusatkan upayanya untuk mencapai Nirvana dan ia dapat meraih tingkat pencapaian tersebut sidang tersebut dimulai.

Riwayat Hidup Maha Kashyapa

MAHAKASHYAPA

Riwayat hidup Mahakashyapa adalah seorang brahmana dari Magadha di sebuah desa bernama Mahatittha, yang menjadi salah satu murid utama yang sering diperkenalkan oleh Sakyamuni Buddha. Seperti murid-murid Utama Sang Buddha (Sariputra dan Maudgalyayana), Kashyapa juga berasal dari keluarga Brahmana (ayahnya bernama Brahmana Kapila dan ibunya bernama Sumanadevi). Ia juga penyelenggara dan penuntun Sidang Agung Pertama. Ia juga sering digambarkan mendampingi Sang Buddha bersama-sama dengan Ananda, masing-masing di sisi Sang Buddha. Ia juga dipanggil dengan panggilan "Pipphali".

Menurut legenda, suatu hari Sang Buddha sedang menyampaikan "Khotbah Bunga" di Puncak Burung Hering, ia menaiki tahtanya, memetik setangkai bunga, dan menunjukkan kepada yang hadir. Tidak seorang pun memahami maknanya, kecuali Mahakashyapa, yang menanggapinya dengan tersenyum. Sang Buddha memilihnya sebagai seseorang yang mengerti sepenuhnya dan merupakan seseorang yang pantas menjadi penerusnya. Sang Buddha kemudian berkata.

“Aku memiliki mata Dharma dari doktrin yang benar dan pikiran yang indah akan Nirvana. Bentuk sejati sebenarnya adalah kekosongan dan pintu Dharm yang halus. Semua ini telah aku wariskan kepada Mahakasyapa.”


Peristiwa tersebut menandai awal dari garis silsilah Ch'an (Zen) dan penerusan guru ke murid yang berlanjut sampai kini. Ada dua-puluh delapan generasi penerus sejak Mahakashyapa sampai kepada Bodhidharma-yang dianggap sebagai Patriak pertama Ch'an (Zen) di Cina. Selanjutnya ajaran Ch'an (Zen) diteruskan lewat jalur tunggal selama lima generasi sampai masa Patriak Keenam, Hui Neng.

Menurut legenda Cina, Bhikshu Ji Gong adalah reinkarnasi dari Mahakashyapa (yang dikenal sebagai Arahat Penjinak Naga). Dalam Sutra Teratai Bab VI (Ramalan Tentang Yang Akan Terjadi, Sang Buddha meramalkan pencerahan sempurna dari murid-muridnya: Mahakashyapa, Subhuti, Sariputra dan Mahamaudgalyayana.

Riwayat Hidup Maudgalyayana

MAUDGALYAYANA

Riwayat hidup Maudgalyayana, Beliau  dilahirkan di sebuah kota kecil di zaman kerajaan Magada (sekarang adalah daerah Bihar, negara bagian India). Beliau merupakan anak tunggal dari keluarga suku Brahmin, nama kecil beliau adalah Kolita Moggalana. Ayahnya terlahir dalam keluarga yang termasyhur dan selalu diangkat menjadi wali kota. Kolita terdidik di bawah asuhan tradisi Brahmana.

 Diceritakan bahwa bertepatan hari lahir Kolita terlahir juga bayi laki-laki dari keluarga lain yang diberi nama Upatissa. Kemudian merekapun tumbuh bersama dan menjadi sahabat akrab. Kedua sahabat karib ini di lingkungan pergaulannya menjadi pemimpin dari kelompok teman-temannya.


Pada suatu hari Upatissa dengan wajah berseri-seri datang menjumpai Kolita. Dia menceritakan penemuanya yaitu menjumpai seorang pertapa yang bernama Assaji, yang ternyata adalah salah satu dari lima pertapa siswa Sang Buddha yang pertama. Assaji menemukan Upatissa dalam penampilanya. Lalu Assaji menerangkan mengenai gurunya yang bermarga Sakya (Sakyamuni Buddha). Saat upatissa menanyakan ajaran yang dibabarkan oleh guru Assaji maka dijawab oleh Assaji dalam bentuk syair : ”yang dirahmati telah membabarkan sebab musabab dan timbulnya benda-benda. Dan juga menerangkan proses lenyap sinarnya. Hanya demikian yang dinyatakan Sang Tahtagata”. Tatkala mendengar syair itu Upatissa merasakan suatu getaran yang mencerahkan (Mata Waskita Dharma) dan Kolita  pun merasakan hal yang sama saat Upatissa mengucapkan syair itu kepadanya.

Dari kejadian itu mereka pun menanyakan kepada Assaji di mana Guru Agung itu berdiam dan bergegas menuju ke sana. Tetapi sebelum menjumpai Sang Buddha, Upatissa mengajak Kolita terlebih dahulu menjumpai Sanjaya untuk mengajaknya ikut serta. Namun Sanjaya menolak ajakan tersebut karena ke-Aku-annya yang besar. Walaupun demikian karena kedua sahabat itu mengikuti Sang Buddha serta merta pengikut Sanjaya yang berjumlah 500 orang mengikuti jejak Upatissa dan Kolita. Namun melihat Sanjaya tidak ikut, sebagian dari mereka mengurungkan niat.

Riwayat Hidup Arhat Sariputra

ARHAT SARIPUTRA


Sariputra dilahirkan di Kerajaan Magadha di India Selatan, di Desa Upatissa, dekat Ibukota Rajagaha. Ayah Sariputra, Vanganta, adalah seorang yang pandai berdebat dan terkenal. Sariputra juga dapat berbicara dengan sangat baik walaupun masih muda. Ketika ia baru berumur delapan tahun, ia telah terkenal pandai berdebat di seluruh kerajaan. Raja sangat menyukai Sariputra. Suatu hari, setelah mendengarkan debat Sariputra, raja sangat senang dan gembira, sampai kemudian sebuah desa diberi nama Sariputra. Semua orang di kerajaan memuji kecerdasan dan kecerdikan Sariputra.

Ketika Sariputra berusia duapuluh tahun, ia mengucapkan selamat tinggal kepada orangtuanya dan pergi ke berbagai tempat untuk belajar dan mencari kebenaran hidup. Sariputra belajar dari berbagai guru, tetapi tak seorang pun dapat memuaskannya. Sariputra mempunyai teman baik bernama Maudgalyayana, yang juga seorang yang sangat istimewa.



Suatu hari, Sariputra bertemu dengan salah seorang siswa Buddha, Assaji, di sebuah jalan di Rajagaha. Sariputra melihat bahwa Assaji sangatlah tenang dan ramah. Sariputra tidak tahan untuk tidak mendekat Assaji dan bertanya, “Yang Mulia, bolehkah saya tahu nama Anda? Di manakah Anda tinggal?”

Kemudian Assaji menjelaskan beberapa ajaran penting dari Buddha. Setelah mendengarkan ajaran-ajaran tersebut, Sariputra sangat gembira dan berseru, “Wow! Ini sangat menakjubkan, sangat menakjubkan! Saya harus mengunjungi Buddha suatu hari!”
“Guru yang luar biasa! Kita tidak pernah terpikir tentang ajaran seindah itu, bahkan mimpi pun tidak! Mari pergi dan bernaung kepada Buddha!” Maudgalyayana berkata dengan semangat.

       Oleh karena itu, Sariputra dan Maudgalyayana memimpin duaratus siswa mereka ke Vihara Veluvana dan memberikan hormat kepada Buddha sebagai guru mereka. Sariputra dan Maudgalyayana ditahbiskan sebagai siswa Buddha. Mereka menjadi pendamping Buddha yang sangat cakap dan memberikan jasa yang luar biasa dalam masa-masa awal penyebaran Dharma.

Senin, 04 Mei 2015

Riwayat Hidup Buddhaghosa

BUDDHAGHOSA

Riwayat hidup Buddhaghosa, Kitab PāỊi yang pertama kali ditulis adalah kitab suci Tipiṭaka pada abad pertama sebelum masehi di Ceylon. Sejak itu di Ceylon banyak ditulis kitab-kitab Ajaran Buddha dalam bahasa PāỊi yang mengacu pada Tipiṭaka. Salah satu  penulis besar bangsa India yang menulis kitab Ajaran Buddha dalam bahasa PāỊi adalah Bhikkhu Buddhaghosa.

Bhikkhu Buddhaghosa adalah komentator terkenal dari naskah-naskah dalam Ajaran Buddha. Sebelum membahas mengenai Bhikkhu Buddhaghosa, sebagai ilustrasi dikemukakan bahwa menurut kitab Buddhaghouppati, Bhikkhu Buddhadatta pergi terlebih dahulu ke Ceylon untuk belajar Ajaran Buddha. Dalam perjalanan pulang kembali ke India, perahu beliau berpapasan dengan perahu yang membawa Bhikkhu Buddhaghosa ke Ceylon. Beberapa kitab karya Bhikkhu Buddhaghosa adalah Mahāvaṁsa, Buddhaghouppati, Gandhavaṁsa, dan Sāsanavaṁsa.


Dalam Mahāvaṁsa disebutkan bahwa Bhikkhu Buddhaghosa dilahirkan di dekat Buddhagayā, namun pendapat lain mengatakan bahwa beliau berasal dari negeri Thailanga. Bangsa Burma mengaku bahwa Bhikkhu Buddhahosa dilahirkan di wilayah Burma. Meskipun banyak pendapat mengenai tempat kelahiran beliau, namun hal yang pasti adalah bahwa beliau berdiam di Buddhagayā cukup lama, di Vihāra yang dipimpin oleh bhikkhu-bhikkhu dari Ceylon. Pada abad ke-4 Masehi, Bhikkhu Kirti Sri Meghavarna dari Ceylon mendapat izin dari Maharaja Samudra Gupta untuk membangun Vihāra di Buddhagayā. Pada abad ke-4 Masehi, Bhikkhu Kirti Sri Meghavarna dari Ceylon mendapat izin dari Maharaja Samudra Gupta untuk membangun Vihāra di Buddhagayā.

Bhikkhu Buddhaghosa juga diyakini menulis beberapa kitab lain yang sekarang sudah tidak ada lagi. Dengan tanpa memasukkan kitab Visuddhimagga yang merupakan ensiklopedia ilmu pengetahuan Ajaran Buddha, Bhikkhu Buddhaghosa dapat disebut sebagai pemikir dan yang terkemuka, karena begitu banyak dan beraneka ragamnya kitab-kitab yang ditulis.

Riwayat Hidup Kobo-Daishi

KOBO DAISHI

Riwayat hidup Kobi Daishi, Beliau mendapatkan nama anumerta (penghargaan) Kukai yang berarti Buddha, orang suci dan Beliau adalah penemu aliran Shingon. Beliau belajar agama Buddha di Cina pada sekte Tantra dan memperkenalkan sekte ini ke Jepang.  ajaran yang dibawanya adalah menjelaskan bahwa alam semesta merupakan bentuk maha vairocana Buddha. 



Kobo Daishi mengklarifikasikan berbagai bentuk dari kehidupan agama, termasuk Hindu, Kong Hu Chu, Lao Tze dan sekte lainnya. Beliau mengajarkan penyatuan dari berbagai agama tentang sesuatu yang alamiah dan mengandung mistik tinggi. Tubuh Kobo Daishi dipercaya tidak pernah rusak sampai munculnya Samyaksambuddha Maitreya. 

Riwayat Hidup Dalai Lama Kedua Belas

DALAI LAMA KEDUA BELAS

Trinley Gyatso (26 Januari 1857 – 25 April 1875), juga disebut Trinle Gyatso dan Thinle Gyatso, adalah Dalai Lama Tibet ke-12. Trinley Gyatso dinobatkan penuh sebagai Dalai Lama pada tanggal 11 Maret 1873. Ia memperoleh nama Gendun Drubpa dari kepala biara Narthang. Pada usia 20 tahun, ia menjadi murid Tsongkhapa. 


Sama seperti Dalai lama kesebelas, Beliau begitu peduli dengan makhluk hidup dan menyebarkan ajaran Tantrayana. 

Dalai lama Pertama

DALAI LAMA PERTAMA

Gendun Drup, juga disebut Gendun Drub dan Kundun Drup (1391–1474) dianggap sebagai Dalai Lama Tibet pertama, yang dipercaya sebagai reinkarnasi dari Chenresig (bahasa Sanskerta: Avalokiteshvara), Bodhisattva Kepedulian.
Gendun Drup lahir di Gyurmey Rupa, dekat Sakya di wilayah Tsang, Tibet, putra dari Gonpo Dorjee dan Jomo Namkha Kyi, penduduk suku yang nomaden. 


Beliau depercaya sesebagai pencetus atau orang pertama dari generasi dalai lama dalam ajaran Tantrayana. 

Riwayat Hidup Tao-An

TAO-AN

Riwayat hidup Tao-An penyumbang jasa terbesar bagi Buddhism bahasa Mandarin, dengan memastikan kebenaran ajarannya. Beliau menginginkan adanya suatu kehidupan yang lama untuk mengenal dan mengetahui ajaran yang agama Buddha, sejak saat itu banyak Bhiksu dan orang suci datang ke Tiongkok dari India dan Asia Tengah untuk menterjemahkan Sutra.

dari para Bhiksu tersebut, Tao-An mendengar nama Kumarajiva seorang Bhiksu terkenal dan akhirnya Tao-An bertemu dengan Kumarajiva, tetapi karena banyak kesulitan dalam perjalanan pulang, tidak tiba di Chang An hingga 16 tahun setelah Tao-An wafat. kemudian Tao-An mendapatkan pengikut yang banyak dan menjadi pelopor penyebar ajaran agama Buddha dan menyaragamkan jubah para Bhiksu seperti di India.


Riwayat Hidup Aryadeva

ARYADEVA

Aryadeva dilahirkan di Srilangka (Ceylon) dan menjadi murid Nagarjuna. Beliau berkelana keberbagai negara dan membantu gurunya untuk mengajarkan ajarannya. Karyanya yang paling dikenal adalah Catuh-Sankata dan Aksara-Satakam. 


Dalam petualangannya Aryadeva menyebarkan ajaran Nagarjuna yang djarkan dalam aliran Madhyamaka dan Cittavisuddhi-Prakarana. Beliau juga seorang pendebat yang luar biasa.

Riwayat Hidup Shantideva

SHANTIDEVA

Riwayat hidup Shantideva  dijelaskan sebagai seorang cendekiawan Buddhis yang berasal dari India pada abad ke-8. Ia adalah cendekiawan Universitas Nalanda dan seorang penganut filsafat Prasangika Madhyamaka.
Sekte Madhyamika Tiongkok, Chan Ssu Lun mengidentifikasi dua individu yang berlainan atas nama "Shantideva", yang pertama adalah Shantideva yang merupakan pendiri Sangha Avaivartika pada abad ke-6 dan satu lagi adalah Shantideva yang menempuh studi di Universitas Nalanda pada abad ke-8, Shantideva yang kedua inilah yang muncul dalam berbagai sumber biografi tibetan. Kutipan penemuan ini bisa dilihat di Banglapedia: National Encyclopedia of Bangladesh, situs yang dikembangkan oleh Asiatic Society of Bangladesh, atau bisa juga merujuk ke Bodhicaryavatara Historical Project, Proyek riset akademik yang bermulai dari Mahabodhi Sunyata Seminary di Tarragona, Spanyol.
Shantideva lahir di Bodhgaya utara. Ayahnya bernama Gyelwey Gocha (Rompi baja pemenang), ibunya bernama Vajrayogini. Shantideva lahir dengan berbagai pertanda menakjubkan, dengan nama kecil Shiwe Gocha (Rompi baja perdamaian) Semasa kanak-kanak dia sangat menghormati kedua orang tuanya, dan teman-teman sepermainanya juga sangap respek kepadanya karena sikap dan sifatnya yang sangat luhur. Ayahnya meninggal dunia untuk menunjukkan bahwa semua makhluk mengalami ketidakkekalan, dan kemudian hari realisasi Shantideva atas ketidak-kekalan dan kematian semakin berkembang.
Ketika sang ayah meninggal, dia tidak punya pilihan lain kecuali menerima tampuk raja. Ia tidak bisa menolak, oleh karena itu ia menerima untuk naik tahta raja. Satu malam sebelum upacara, Manjusri muncul dalam mimpinya dan mengatakan: “Anda akan duduk di tahtaku. Anda adalah muridku. “ Bagaimana serorang murid dan guru duduk di tahta yang sama?


Shantideva sangat terkenal atas karyanya yang berjudul Bodhicaryavatara (kadang disebut Bodhisattvacaryavatara). Versi terjemahan bahasa Inggris bisa ditemukan di dunia maya, begitu juga banyak tersedia publikasi versi cetakan. Sungguh sebuah puisi panjang yang menjelaskan proses bertahap menuju pencerahan sempurna sammsambuddhadan hingga saat ini masih menjadi topik pembelajaran Mahayana dan Vajrayana.

Riwayat Hidup Asvaghosa

ASVAGHOSA


Riwayat hidup Asvaghosa diperkirakan sezaman dengan Raja Kaniskhka + tahun 100 M dan Beliau adalah salah satu pemimpin dan perintitis ajaran Mahayana. Beliau lahir dari keluarga Brahmana yang kemudian mengikuti ajaran Buddha. Asvaghosa adalah seorang Bhiksu aliran Sthavirava yang mendalami puja bhakti dan kemudian merasa cocok dengan ajaran Mahasanghika. Tempat kelahiran Asvaghosa di Seketa atau Ayodhya (sekarang Qudh) ibunya bernama Suvarnakshi. 


Menurut Vasubandhu, Asvaghosa membantu Katyayaniputra dalam mempersiapkan komentarian mengenai Abhidharma. Karya-karya Asvaghosa antara lain:
a. Buddha Carita
b. Saundarananda
c. Sariputra-Prakarana
d. Mahayana Shraddhotpada Sastra
e. Sutralankara
f. Lankavatara-Sutra-Sastra.  

Riwayat Hidup Mahadeva

MAHADEVA

Riwayat hidup Mahadeva adalah seorang guru suci agama Buddha dari sekte Mahasanghika. Beliau hidup sekitar abad 2 SM. Perpecahan para pengikut Buddha terjadi sekitar tahun 280 SM yaitu pada konsili (rapat sangha) ke II di Vesali. Terjadinya perpecahan Dharma dan Vinaya karena perbedaan pemahaman terhadap konsep Arhat (Arahat). Selanjutnya, Bhiksu Mahadeva memisahkan diri dan diikuti oleh sebagian besar Bhiksu yang kemudian dikenal dengan nama Mahasanghika. 

Awal terjadinya perpecahan inilah yang kemudian dikenal sebagai awal munculnya Sthaviravada dan Mahasanghika  yang kemudian dikenal dengan nama Mahayana dan Hinayana. Untuk itu, Mahayana mengakui bahwa Bhiksu Mahadeva merupakan sesepuh dalam Mahayana. 

Riwayat Hidup Ashin Jinarakkhita

ASHIN JINARAKKHITA

Riwayat Hidup Bhikshu Ashin Jinarakkhita, terlahir The Boan An, juga dikenal dengan panggilan Su Kong lahir di Bogor, Jawa Barat, Hindia Belanda, 23 Januari 1923 – meninggal di Jakarta, Indonesia, 18 April 2002 pada umur 79 tahun, merupakan orang Indonesia pertama yang ditahbiskan menjadi bhikkhu setelah 500 tahun runtuhnya kerajaan Majapahit saat ia ditahbiskan pada tahun 1953. Beliau merupakan salah satu tokoh yang sangat berpengaruh dalam perkembangan Buddhis di Indonesia modern. Selain mempelajarikimia di Groningen, Belanda dia juga mendalami agama Buddha. Pada Juni 1953 ia ditahbiskan dalam tradisi Mahayana di Jakarta. Pembimbingnya menganjurkan agar ia belajar lebih lanjut di Myanmar, karena itu pada tahun yang sama ia masuk Sasana Yeikthadi Yangon untuk belajar meditasi satipatthana di bawah bimbingan Mahasi Sayadaw. Pada tahun berikutnya ia ditahbiskan menjadibhikkhu dan mengambil nama Ashin Jinarakkhita. Pada tahun 1955 ia kembali ke Jawa dan dengan kerja keras membangun kembali vihara-vihara Buddhis. 



Sebagai seorang Bhikshu, ia tidak hanya dikenal oleh umat Buddha di Indonesia. Pada saat awal menjadi bhikkhu, ia mendapat julukan The Flying Monk oleh umat Buddha di Malaysia dan Singapura karena kegesitan ia untuk ‘terbang’ dari satu tempat ke tempat lain untuk membabarkan Dharma. Ashin Jinarakkhita juga beberapa kali mengikuti beberapa kegiatan keagamaan yang berskala internasional. Di antaranya Persamuan Keenam (Chatta Sangayana) yang diadakan di Rangoon, tahun 1954-1956, juga konferensi-konferensi yang diadakan oleh The World Buddhist Sangha Council maupun The World Fellowship of Buddhists. Ashin Jinarakkhita juga pernah menjadi wakil presiden untuk The World Buddhist Sangha Council dan The World Buddhist Social Services.

Riwayat Hidup Hui Neng

HUI NENG

Huineng lahir dalam keluarga Lu pada tahun 638 M di kota Xing di provinsi Guangdong. Ayahnya meninggal ketika ia masih muda dan dalam keluarga miskin, sehingga ia tidak memiliki kesempatan untuk belajar membaca ataupun menulis. Dia mungkin merupakan Hmong atau Miao Suatu hari, Ketika ia mengantarkan kayu bakar ke penginapan, ia mendengar seorang tamu membacakan Sutra Intan dan ia mengalami kesadaran. Dia segera memutuskan untuk mencari jalan kebuddhaan. Tamu tersebut memberinya sepuluh keping perak untuk kebutuhan bagi ibunya, dan Huineng memulai perjalanannya. Setelah melakukan perjalanan selama tiga puluh hari dengan berjalan kaki, Huineng tiba di Gunung Huang Mei, di mana Patriark Kelima Hongren tinggal


Suatu malam, Hongren menerima Huineng di kediamannya, dan menguraikan Sutra Intan kepadanya. Ketika ia sampai pada bagian, "untuk menggunakan pikiran namun terbebas dari keterikatan," Huineng sampai kepada pencerahan besar-bahwa semua dharma tidak bisa dipisahkan dari sifatnya. Dia berseru, "Betapa menakjubkan bahwa sifat diri awalnya murni! Betapa menakjubkan bahwa sifat diri tidak dilahirkan dan tidak mati! Betapa menakjubkan bahwa sifat diri secara inheren lengkap! Betapa menakjubkan bahwa sifat diri tidak bergerak maupun tidak diam! Betapa menakjubkan bahwa semua dharma berasal dari sifat ini sendiri!"
Meskipun kisah ini disampaikan sejelas mungkin, namun perlu diketahui bahwa Huineng tidak diizinkan untuk menyandang gelar.

Minggu, 03 Mei 2015

Riwayat Hidup Dalai Lama Keempat Belas

DALAI LAMA KEEMPAT BELAS

Riwayat hidup Dalai Lama Keepat Belas atau Tenzin Gyatso bahasa lahir di Amdo, Tibet, 6 Juli 1935; umur 79 tahun adalah Dalai Lamasaat ini yang ke-14. Anak kelima dari sembilan bersaudara keluarga petani ini dinyatakan sebagai tulku (reinkarnasi) Dalai Lama ke-13 pada usia tiga tahun. Pada tanggal 17 November 1950, ia naik takhta sebagai kepala negara Tibet di saat pendudukan daerah itu oleh pasukan Republik Rakyat Tiongkok. Setelah kekalahan gerakan perlawanan Tibet pada 1959, Tenzin Gyatso mengungsi ke India dan mendirikan pemerintah Tibet di pengasingan. Ia juga pernah bertemu dengan Paus Yohanes Paulus II sebanyak 9 kalike Vatikan. ia juga pernah bertemu Bunda Teresa di india



Sama seperti Dalai Lama Sebelas, Trinley Gyatso juga sangat peduli dengan semua makhluk dan membabarkan ajaran Tantrayana. 

Sabtu, 02 Mei 2015

Riwayat Hidup Dalai Lama Ketiga Belas

DALAI LAMA KETIGA BELAS

Riwayat hidup Dalai Lama kedua belas atau Trinley Gyatso lahir pada tanggal 12 Februari 1876 di Thakpo Langdun, U-Tsang, Tibet. Beliau wafat pada tanggal 17 Desember 1933 pada usia 57 tahun.



Sama seperti Dalai Lama Sebelas, Trinley Gyatso juga sangat peduli dengan semua makhluk dan membabarkan ajaran Tantrayana.

Jumat, 01 Mei 2015

Riwayat Hidup Dalai Lama Kesebelas

DALAI LAMA KESEBELAS

Riwayat hidup Dalai Lama kesebelas atau Khedrup Gyatso lahir pada tanggal    1 November 1838 dan wafat pada tanggal 31 Januari 1856. Beliau wafat secara mendadak di Istana Potala, Lhasa, Tibet pada tanggal 31 Januari 1856.


Sama seperti Dalai Lama sebelumnya Khedrup Gyatso juga memiiki kepedulian terhadap semua Makhluk dan memiliki banyak pengikut dan dianggap sebagai guru besar penyebar ajaran Tantrayana.